Terimakasih banyak dan selamat jalan bapak
Dengan
samar gue mengingat kembali malam itu, setelah selesai mandi jam 11 malem dan
rambut yang sedikit kering gue pilih untuk tidur. Gue merasa ada seseorang yang
liat di kejauhan, gue Cuma bisa bilang “Ga apa apa, ayang udah ikhlas”.
Gak
lama handphone gue bunyi, disuruh balik ke rumah sakit jam 1 malem, gue
berangkat bareng kakak perempuan (teteh) menuju rumah sakit. Dalam perjalanan
gue tau kalo hal buruk bakal terjadi dan gue harus ikhlas sesuai dengan janji
gue.
Saat
lift dibuka, umi udah nangis dan langsung meluk “Sabar yaah, bapak udah
meninggal. Maafin yaah ikhlasin kepergian bapak. Harus jadi anak sholehah”. Begitu
kalimat pertama umi yang keluar.
Teteh
udah lemes dan gabisa berenti nangis, gue masuk ke dalam ruang icu dan liat
kalo alat-alat bantu yang selama 4 hari udah kepasang dibadan bapa mulai
dicabutin sama suster. Gue liat suster begitu telaten cabut dan dia Cuma bilang
“sabar ya mbak saya turut berduka, sekarang alat-alatnya lagi saya
cabut-cabutin. Mbak bisa tunggu diluar”. Gue Cuma bisa bilang terimakasih sama
suster.
Teteh
masih nangis, sedangkan umi harus tegar. Umi harus jadi contoh bagi
anak-anaknya untuk ikhlas dan tegar menghadapi Qodo dan Qadar Allah swt. Gue
paham posisi umi, gue tau dan demi umi dan demi janji gue sama almarhum gue
harus ikhlas.
Malam
itu pertama kalinya gue ngerasa gravitasi tidak berputar seperti biasanya, gue
jalan tanpa berpikir apapun, gue Cuma diem sampai akhirnya ada suster yang
menyodorkan surat kematian untuk di isi kelengkapannya. Gue tulis dengan tangan
bergetar dan setengah sadar, gue urus surat kematian dan urus administrasi
lainnya.
Tanggal kematian 15 September 2018 pukul 00.45 WIB meninggal karena sakit, diagnosa gagal jantung. Gue Cuma bisa
baca sekilas dari surat kematian tersebut. Setelah tanda tangan, gue harus
turun kebawah untuk urus administrasi lainnya. Karena ga tega liat anak
bungsunya untuk ngurusin, akhirnya umi ikut ke bagian administrasi.
Selama
di dalam lift rasanya hening, umi Cuma bilang yang ikhlas yah yang. InsyaAllah
bapak khusnul khotimah.
Setelah
administrasi selesai, kita turun kebawah untuk urus ambulan. Hanya keluarga
inti yang ada, dan ada bibi dari bapak (gue biasa panggil Nyai). Nyai adalah
salah satu keluarga yang datang selain a yudi (kakak sepupu), ntah harus ucapan
seperti apa lagi yang bisa gue sampaikan kepada mereka selain rasa terimakasih teramat
dalam karena masih ada orang baik di sekeliling gue.
“you know sometimes the real family is
someone who never we think if she/he is family. Family isn’t about the same
blood, but family is who is staying no matter people do the bad things to you and behind you”.
“Same blood isn’t be the same mind. It can
be bad people or kind, depends on how you choose. But for me I’ve never been
taught to harbor hatred towards to others”
Gue berterimakasih
kepada Nyai karena dari dulu ketika umi berangkat haji, she staying when
another isn’t. I never be mad I just thankful cause Allah show me who is kind
and who is bad”. Dan nyai melakukan hal yang sama malam itu, dia nangis sejadi
jadinya, dia teringat pesan almarhum nenek gue untuk menjaga keluarga gue dan
dia lakuin itu.
22 September 2014 |
If people
ask me how do you feel? I said nothing, I cant thinking I won't do beside
pray and pray, but you know Bapak meninggal dengan senyum dan bersih banget.
Tersenyum lebar, mungkin itu adalah pertama kalinya liat bapak senyum paling
bagus. I know he’s won’t felt pain anymore, dan insyaAllah semua yang udah dia
lakukan semasa hidup sudah dijalankan.
Bapa
is someone who always keep the mandate, kalau ada orang yang ngomong hal negative
biarlah menjadi persepsi mereka. We don’t have power to make people stop
judging, we just have two hands to close our ear. Selalu hal tersebut yang
dibilang sama bapak.
Allah
tidak tidur, pengadilan Allah akan membuktikan semuanya, dan hari itu Allah
sudah menunjukan jika Bapak pergi dengan tersenyum dan sangat bersih.
“Terimakasih atas segala waktunya, we ever
argue for many things but you always know how I loved you, and I always know
how you loved me, let me try to make you proud pak. Sampai bertemu di surga
kelak dan bisa berkumpul lagi”
Tangerang,1995 (Umi, little me, sister,brother) |
Komentar
Posting Komentar